Pentingnya Persatuan Umat Muslim di Tengah Perbedaan
Di tengah dinamika zaman, umat Muslim menghadapi berbagai perbedaan—baik pemahaman, budaya, maupun latar sosial. Namun Islam mengajarkan bahwa kekuatan terbesar umat justru terletak pada persatuan. Dengan merujuk pada ayat-ayat Allah seperti QS. Ali 'Imran: 103, kami mengajak seluruh umat Muslim untuk kembali memperkuat persaudaraan dan membangun peradaban yang kokoh. Karena hanya dengan bersatu, umat dapat menghadapi tantangan global dan menjadi rahmat bagi semesta.
5/8/20241 min read
اَلْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَالْفُرْقَةُ عَذَابٌ
“Bersama (dalam jamaah) adalah rahmat, dan bercerai-berai adalah adzab.”
(HR. Ahmad, dishahihkan Al-Albani)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا
“Dan berpegang teguhlah kamu sekalian kepada tali Allah seraya berjamaah, dan janganlah kamu bercerai berai. Dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara.”
(QS. Ali Imran: 103)
Persatuan umat adalah syarat utama untuk meraih kemuliaan di dunia dan akhirat. Ketika umat terpecah belah karena perbedaan pendapat, mazhab, organisasi, atau kepentingan politik, maka yang paling diuntikan adalah musuh Islam itu sendiri.
Rasulullah ﷺ telah memperingatkan dalam sabdanya:
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi adalah bagaikan satu tubuh. Apabila satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuh akan ikut merasakan sakit dengan tidak bisa tidur dan demam.”
(HR. Muslim)
Di era fitnah dan hoaks yang begitu masif, persatuan bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. Mari kita jadikan perbedaan sebagai rahmat, bukan alasan untuk saling mencaci. Satu kata, satu langkah, satu barisan — itulah kekuatan umat yang pernah membuat dunia takjub pada masa Khulafaur Rasyidin.
